Oleh: Sri Mahmudah, S.Pd. diterbitkan oleh Jawa Pos
Cerpen merupakan salah satu materi Bahasa Indonesia yang harus diajarkan kepada siswa di kelas IX. Istilah cerpen sudah tidak asing lagi bagi siswa karena sudah dikenal sejak SD. Meskipun sudah tidak asing dan sudah dipelajari sejak SD, bagi anak-anak kelas IX SMP Negeri 2 Salatiga materi cerpen masih merupakan materi yang sulit. Berdasarkan kenyataan siswa tetap merasa kesulitan saat disuruh untuk membuat atau menulis cerpen. Ada beberapa alasan yang mereka kemukakan diantaranya tidak bisa merangkai kalimat yang indah, tidak punya ide cerita, punya ide tetapi tidak bisa bagaimana cara menuangkan idenya, dan juga sudah menulis tetapi tiba-tiba idenya macet. Itu beberapa keluhan yang mereka sampaikan saat diminta untuk menulis cerpen.
Menurut Krismarsanti (2009: 5) Cerita pendek atau sering disingkat cerpen adalah suatu bentuk prosa naratif fikif, cenderung padat dan langsung pada tujuannya. Cerpen biasanya memusatkan perhatiannya pada satu kejadian, mempunyai satu plot, setting yang tunggal, jumlah tokoh yang terbatas, mencakup jangka waktu yang singkat dan memusatkan peristiwa pokok. Sebuah cerpen pada dasarnya menuntut perwatakan yang jelas pada tokoh cerita. Cerita bermula dari sang tokoh dan berakhir pada nasib yang menimpanya. Cerpen terbangun oleh unsur interinsik, yaitu: tema, tokoh, penokohan, alur /plot, latar/setting, sudut pandang/ point of view, amanat, dan gaya bahasa. Teks cerita pendek dalam Kurikulum 2013 adalah teks yang struktur teksnya mencakupi tiga bagian yaitu orientasi, komplikasi, dan resolusi. Bagian orientasi berisi pengenalan, baik pengenalan tokoh yang berkaitan dengan identitas diri dan karakteristik tokoh maupun latarnya. Bagian komplikasi berisi permasalahan/konflik yang dihadapi tokoh. Pada bagian komplikasi ini diuraikan bagaimana tokoh memiliki konflik, baik konflik dengan dirinya sendiri maupun dengan tokoh lain. Bagian resolusi berisi penyelesaian cerita/akhir cerita. Bagian resolusi ini bisa berisi akhir cerita yang menyenangkan, menyedihkan, tragis, dan sebagainya.
Untuk mengatasi kesulitan siswa di atas maka saat pembelajaran menulis cerpen, guru dapat memilih metode atau media yang dapat membantu mengatasi kesulitan-kesulitan siswa tersebut. Adapun media yang dapat digunakan dalam pembelajaran menulis cerpen yang tepat adalah media berita (baik yang berupa teks berita atau tayangan berita).
Media berita yang berupa teks adalah media yang berisi laporan tercepat tentang suatu peristiwa dengan struktur kepala berita, tubuh berita, dan ekor berita yang memuat unsur adiksimba (apa, di mana, kapan, siapa, mengapa, dan bagaimana). Adapun media berita yang berupa tayangan adalah tayangan yang berisi laporan tentang suatu peristiwa yang memuat unsur adiksimba.
Penggunaan media berita dalam pembelajaran menulis cerpen dijadikan sebagai dasar atau ide cerita untuk membuat cerpen. Isi berita dijadikan tema dalam cerpen. Misal berita tentang penolakan jenazah covid 19 yang berjudul “Penolakan Pemakaman Jenazah Positif Covid-19 di Semarang”. Dari isi teks berita tersebut siswa sudah mendapatkan membuat peta konsep atau kerangka cerpen tentang tema, tokoh, latar, penokohan, alur ceritanya. Alur dalam cerpen bisa sama persis dengan isi berita atau bisa juga dikembangkan berdasarkan imajinasi siswa. Jadi, dengan media berita baik yang berupa teks maupun tayangan sangat membantu dan memudahkan siswa untuk menemukan ide sekaligus jalannya cerita dalam cerpen. Bagi siswa yang berimajinasi tinggi atau kreatif kemungkinkan sekali alur ceritanya bisa dikembangkan tidak sebatas sesuai isi berita.
Sri Mahmudah, S.Pd., Guru Bahasa Indonesia SMP Negeri 2 Salatiga
Average Rating